Wah, ternyata hidup menentukan lain. Di Facebook saya bertemu dengan teman lama semasa aktif di KIPP. Bengbeng mengajak saya untuk bantu-bantu teman-teman di KIPP. Tadinya cuma main saja di kantor pusat KIPP di Kuningan, saya akhirnya ikutan bantu-bantu di pemilu Presiden Juli 2010.
Cuma kerjanya sangat jauh berbeda dengan kerja di Pemilu 1999. Dari segi dana misalnya. 1999, saya sebagai pengurus KIPP Jakarta Barat mendapat uang hingga 300 juta rupiah. Kebayang kan, berapa uang yang harus dikelola KIPP Indonesia. Tetapi 2009 ini, KIPP Indonesia hanya memperoleh dana sebesar 400 juta dan harus dibagikan ke 14 Kabupaten.
Sulit untuk bergerak dengan dana hanya sebesar itu. Saya melihat, pemerintah berusaha untuk mempersempit ruang gerak lembaga pemantau pemilu lewat dana. Saat ini, lembaga pemantau pemilu tidak diperkenankan menerima dana langsung dari pihak asing. Dana harus melalui pemerintah, dalam hal ini Bapenas. Dana yang saya sebut terdahulu merupakan dana kucuran dari Bawaslu. Itupun keluarnya seret banget. Hingga kami nyaris didemo oleh KIPP Kabupaten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar