Selasa, 09 Agustus 2011

Mengenang Jakarta yang (dulunya) hijau

Jaman saya masih SD, Jakarta adalah kota yang masih hijau. Monas yang terletak dekat rumah saya, masih bisa dikatakan hutan. Pohon besar dan rindang dengan rumput yang hijau membentang. Tak ada pagar di sekeliling taman Monas. Siapa saja bisa duduk menikmati hijaunya dedaunan dan berisitirahat sehabis kerja atau sekedar transit sebelum melanjutkan perjalanan.

Pohon-pohon baru di bundaran HI depan Grand Indonesia

Pohon-pohon besar di sepanjang jalur Sudirman dan Thamrin juga berdiri dengan gagah, sehingga sejuk sekali berkendara di sana. Tetapi perluasan jalan ditambah lagi dengan adanya jalur Transjakarta, membuat pohon-pohon besar tersebut harus mengalah dan ditebang.

Tanah-tanah lapang yang dulu hanya semak belukar dan sejumlah pohon juga ditebang untuk dibangun sejumlah mall, ruko dan perkantoran. Saya dulu suka bermain di tanah lapang dekat Duta Merlin - Harmoni yang sekarang menjadi Carrefour. Demikian juga dengan tanah lapang di perempatan Cempaka Putih - Sunter yang kini menjadi pusat perbelanjaan Cempaka Mas.

Pohon-pohon baru memang ditanam, tetapi berapa lama mereka akan mampu menggantikan pohon yang telah ada. Jumlah pohon yang ditanam juga tidak sama dengan jumlah pohon yang telah ditebang. Kota Jakarta semakin panas. Kendaraan dan rumah tangga penyumbang panas semakin bertambah, sedangkan peredam panas semakin dikurangi bahkan dengan sengaja. Tidak hanya oleh Pemda DKI, tetapi juga oleh masyarakat sendiri.

Banyak orang yang menebang pohon di sekitar rumahnya karena ingin memperluas rumah atau merasa tidak nyaman karena rumahnya menjadi 'dingin' karena dekat pohon atau khawatir akan tertimpa pohon jika ada angin ribut. Padahal hawa 'dingin' tersebut karena pengaruh oksigen di siang hari, yang sebenarnya justru bagus. Sedangkan kekhawatiran tertimpa pohon bisa dimengerti, tetapi jika pohon tersebut disirami atau bahkan diberi pupuk, akar pohon tersebut kuat dan akan melindungi rumah-rumah disekelilingnya dari terpaan angin.

Hal ini sungguh berbeda dengan Malaysia. Mereka melindungi pohon apalagi jika pohon tersebut adalah pohon yang telah berusia tua. Kita bisa perhatikan hal ini berlaku tidak saja di Kuala Lumpur bahkan di Melaka pun demikian.


Salah satu pohon tua di Melaka
I hope that Jakarta people and its adminitrative office have the awareness, how important trees for our world and environment.



1 komentar:

  1. haloo ka, saya fitrenna saya baca tentang Au Pair itu saya ingin banyak berkonsultasi dengan kakak, dimana saya bisa menghubungi kakak? saya sangat ingin sekali melanjutkan sekolah saya di luar kaa.. mohon bantuannya ka, terimakasih kaka bisa menghubungi saya di email fitrenna@gmail.com

    BalasHapus