Inilah Makna kata SONTOLOYO dan BAJINGAN Sesungguhnya !
Mungkin telinga kita pernah mendengar kata kata sontoloyo
atau bajingan, uuups mungkin buat kebanyakan orang dua kata sontoloya dan
bajingan memiliki arti kata negatif. Padahal arti sesungguhnya tidak demikian.
Makna atas suatu kata bisa berbeda ditiap daerah.
Pada postingan ini admin coba terangkan dikit deh yang sepengetahuan admin
Cybermales. Mungkin buat sahabat yang berasal dari pulau jawa pasti sudah pada
tahu, tapi buat sahabat nusantara lainnya tidak salah mengerti makna kata
SONTOLOYO dan BAJINGAN yang sesungguhnya.
1. Kata Sontoloyo
Menurut kamus besar bahasa Indonesia
"SONTOLOYO" bermakna “ konyol, tidak Beres, dan bodoh. Kata yang
dipakai sebagai kata makian. Ada tersisip makna kekesalan bagi yang
mengucapkannya.
Padahal dalam bahasa Jawa, Sontoloyo adalah sebuah
nama julukan atau profesi bagi seseorang atau lebih yang menggembala bebek,
dalam bahasa jawanya : "wong sing angon bebek". Biasanya orang yang
disebut sontoloyo menggunakan atribut kurang lebih begini:
- Memakai caping (topi khas di sawah bentuknya
seperti corong) untuk melindungi diri dari panas terik maupun hujan.
- Membawa tongkat tipis tapi panjang dan diujung
tongkat ada plastik atau apapun itu yang bentuknya seperti rumbai-rumbai yang
melambai-lambai. Ini dimaksudkan untuk memudahkan menggiring bebek-bebek sampai
tujuan dan tidak tercerai-berai.
Tugas dan tanggung jawab Sontoloyo
Sontoloyo harus bertanggungjawab atas semua bebek
yang digembalakannya. Bentuk tanggungjawab ditunjukkan dengan bagaimana seorang
sontoloyo itu mengarahkan bebek2nya untuk dapat mencari makanan dan berkembang
biak sebanyak-banyaknya. Dia mencarikan tempat yang terbaik bagi para bebek
yang ditempat tersebut para bebek dapat makan dengan nyaman, dan tidak terusik
oleh siapapun.
Ketika menggiring para bebek, dia berada di
belakang para bebek, atau dengan kata lain, sontoloyo itu selalu memperhatikan
bebek yang berada paling belakang karena biasanya bebek yang jalannya lambat
kalau tidak diawasi dengan baik, bebek yang suka jalan di belakang ini
bisa-bisa kabur atau bahkan mungkin dimakan ular sawah tanpa sepengetahuan si
sontoloyo.
Seorang sontoloyo juga bertanggungjawab untuk
memasukkan para bebek kembali ke kandang di malam hari. bahkan kalau ada bebek
yang kelihatan kurang sehat, maka sontoloyo akan bilang ke juragan bebek untuk
minta uang dan beli obat. Kemudian bebek diobati, si sontoloyo pun berdoa
semoga si bebek tidak apa-apa dan cepat sembuh.
Keesokan harinya, seorang Sontoloyo harus
bersiap-siap untuk kembali menggembalakan para bebek yang sudah kelaparan. Tapi
biasanya sebelum berangkat, sontoloyo memeriksa kandang dan biasanya memunguti
telur bebek yang ditelurkan para bebek dalam semalam ini. Telur-telur itu di
kumpulkan kemudian diserahkan ke juragan bebek yang kemudian sontoloyo akan
mendapatkan bagian dari bagi hasil dengan juragan bebek selain upah yang
diterimanya. Itulah yang namanya sontoloyo. Perihal kemudian istilah sontoloyo
itu dijadikan ungkapan untuk memaki orang itu adalah merupakan perkembangan
yang tentunya tidak ada hubungannya dengan tulisan ini.
Sontoloyo = Penggembala bebek, Bajingan = Penarik pedati sapi Foto milik blog : http://aspal-putih.blogspot.com |
2. Kata Bajingan
Bajingan adalah sebuah istilah kata yang muncul di
tanah Jawa untuk menunjuk seorang pengendara gerobak sapi. Lantas kenapa
istilah bajingan kemudian bergeser menjadi sebuah kata makian, padahal kata itu
adalah merujuk sebuah profesi seseorang.
Dahulu kala pada tahun 1940 an, di daerah Banyumas
sarana transportasi sangat sulit untuk ditemui. Masyarakat yang ingin
berkegiatan di kota seperti berdagang, atau hanya mejeng biasanya menggunakan
jasa gerobak sapi.
Pada saat itu bajingan merupakan satu satunya alat
transportasi yang bisa diandalkan oleh masyarakat pinggiran untuk membawa
mereka ke kota, selain berjalan kaki tentunya.
Namun kedatangan bajingan ini tidak tentu
ditempatnya, bisa siang hari, pagi hari, bahkan tengah malam. Karena
ketidakpastian waktu tersebut, masyarakat yang ingin numpang gerobak sapi
terpaksa jalab kaki jika tidak berjumpa bajingan.
Nah karena itulah keluar kalimat sedikit sindiran
atau umpatan seperti ini : “Bajingan suwe temen sih tekane!” ( bahasa jawa )
yang artinya : "Bajingan lama banget sih datengnya". Dari situ
bajingan mengalami pergeseran makna menjadi kata umpatan.
Dahulu pun, umpatan bajingan hanya digunakan
sebagai analogi atas keterlambatan sesuatu atau seseorang, misalnya “Sekang
ngendi bae koe, suwe temen sih kaya bajingan” yang artinya : Darimana aja kamu,
lama bener kayak bajingan. Namun, pada masa sekarang bajingan menjadi kata
umpatan yang lebih umum dan tidak merujuk pada kekesalan mengenai keterlambatan
atas sesuatu.
Kesimpulannya :
"SONTOLOYO" sejatinya adalah sebutan
untuk "PENGGEMBALA BEBEK" atau orang-orang yang dengan setia
menggiring bebek dari pagi sampai sore ke daerah perairan sekaligus mengumpulkan
telur-telurnya.
BAJINGAN sendiri adalah sebutan bagi KUSIR GEROBAK
( Pedati ) yang ditarik oleh Lembu. Sebutan Bajingan tidak berlaku untuk
gerobak/pedati/sado yang ditarik oleh kuda.
Menilik masing-masing arti tersebut jelas tidak ada
hal yang salah atau buruk. Namun demikian karena SONTOLOYO dan BAJINGAN sudah
menjadi idiom yang menggambarkan hal-hal negatif, kedua komunitas itupun
sekarang sudah tidak pernah lagi disebut demikian. Bahasa penyebutannya tidak
lagi memiliki kekhasan kultural alias berlaku secara umum. Contohnya SONTOLOYO
ya disebut Wong angon bebek.
Padahal komunitas asli SONTOLOYO dan BAJINGAN dalam
arti seseungguhnya adalah orang-orang bersahaja yang bekerja menghabiskan
tenaga serta waktu untuk menghidupi keluarganya tanpa pernah mengambil hak
orang lain. Rasanya sangat tidak tepat bila menyebut PEMERKOSA atau PERAMPOK
dengan sebutan BAJINGAN. Kasihan BAJINGAN aslinya.
waw mbak ,aku baru tau haha
BalasHapus