Pertama kali merasakan naik Air Asia adalah ke Sri Lanka bulan Januari 2010. Berhubung budget untuk tiket dari panitia dibatasi yaitu maksimal $350 PP, maka airline yang masuk hanyalah Air Asia. Itupun ternyata, setelah ditambah dengan biaya bagasi dll mencapai $413. Wah, siap-siap nombok deh $63. Tetapi yah sudahlah. Syukurlah, ketika acara selesai, panitia memberikan reimburse sesuai dengan pengeluaran, gak jadi nombok he he he.
Dari Indonesia tidak ada pesawat langsung ke Colombo. Sehingga saya harus mampir di Kuala Lumpur. Pesawat dari KL ke Colombo jam 6.15 am. Sehingga mau tidak mau saya harus bermalam di KL. Saya memilih pesawat paling malam sehingga tiba di KL jam 23 pm. Jujur saja, saya kelaparan di dalam pesawat. Terakhir saya makan jam 5 sore, karena harus persiapan ini itu, termasuk membeli rokok pesanan yang diminta pada detik-detik terakhir. Selesai urusan fiskal dan check in, maka saya menanti pesawat. Saya berharap bisa membeli makanan di atas pesawat. Tapi ternyata makanan berat sudah habis, walaupun sepertinya mereka hanya menyediakan stok sangat sedikit. Mereka hanya punya biskuit dan mi gelas. Aduh, kok kayak di feri Merak - Bakauheni saja.
Sampai di LCCT (Low Cost Carrier Terminal) untunglah ada beberapa resto yang buka 24 jam. Saya memilih McD, karena rasanya pasti sudah standar. Tetapi kecewa, karena di Malaysia, McD tidak menjual paket nasi. Akhirnya saya memilih burger. Karyawan Mc D lambat sekali bekerja dan kebanyakan bercandanya. Saya mesti menunggu lebih dari 5 menit untuk mendapatkan burger.
Tidur-tiduran di bandara LCCT yang dibangun khusus untuk Low budget carrier. Nanti cerita tentang bandara ini. Pagi-pagi saya sudah standby untuk check in. Lalu naik pesawat. Nah, saya berharap bisa sarapan di pesawat, ternyata kecele kembali. Karena makanan telah habis. Jadi saya mesti menahan lapar kurang lebih 4 jam.
Hikmahnya dari naik Air Asia pertama kali ini adalah, next time saya mesti persiapan memesan makanan atau makan sebelum naik pesawat.
Kalau dari segi pelayanan, pramugarinya oke, walaupun tidak terlalu helpful seperti pramugari Thai Airways atau Singapore Airlines yang pernah saya naiki sebelumnya. Kursinya kaku, dan untunglah karena saya orangnya kecil, jarak anta bangku saya dan bangku di depan saya pas. Saya terbayang, kalau ada orang yang bertubuh besar atau jangkung mungkin akan kesulitan duduk atau bangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar