Ini bukan promosi jualan sebuah buku, meskipun yang menulis adalah sahabat saya, Asti. Tetapi buku dengan bentuk semacam novel ini adalah buku yang layak dibaca oleh kita semua untuk memperkaya pengetahuan kita tentang dunia TKI dan TKW Indonesia yang selalu muram.
Cover depan buku |
Buku setebal 402 halaman ini bukanlah sebuah novel yang menggembirakan pembacanya, justru membuat terharu, terenyuh, miris dan mudah-mudahan membangkitkan nasionalisme keIndonesiaan yang sebenar-benarnya.
Buku ini menceritakan perjuangan dan nasib TKW Indonesia yang berjuang mencari nafkah di luar negeri. Kerja tanpa kontrak kerja yang jelas, potongan kanan kiri, hutang di kampung, beban anak dan keluarga hingga dikhianati suami yang kawin lagi dengan uang jerih payah mereka. Di Hong Kong dan Macau banyak TKW kemudian menjadi lesbian hingga nyambi jadi pelacur, demi membayar hutang atau membiayai kehidupan dan sekolah anak-anak mereka. Percayalah, mereka sebenarnya tidak sudi melakukannya.
Buruknya perlakuan majikan terhadap TKW Indonesia di berbagai negara merupakan refleksi dan akibat senyata-nyatanya dari ketidakpedulian pemerintah Indonesia baik Kementerian Tenaga Kerja, imigrasi, bandara terutama Soekarno Hatta, KBRI dan KJRI, hingga pihak swasta seperti PJTKI, sponsor dan perekrut tenaga kerja di pelosok-pelosok pedesaan. Para TKI dan TKW adalah orang kecil yang berusaha mandiri dengan cara dan pengetahuannya sendiri yang sangat terbatas tetapi diperas tenaga, keringat dan darahnya.
Ditulis oleh Astina Triutami, mantan TKW di Hongkong dalam bahasa yang ringan tapi dalam, runtun dari satu episode pahit ke episode pahit berikutnya. Asti, semula menjadi pembicara di salah satu diskusi mingguan @KIPP Nasional, sekarang telah menjadi sahabat. Harga buku Rp 45.000,-, Kata penerbitnya, mulai minggu ini sudah bisa dibeli di toko-toko buku.
Buku ini menceritakan perjuangan dan nasib TKW Indonesia yang berjuang mencari nafkah di luar negeri. Kerja tanpa kontrak kerja yang jelas, potongan kanan kiri, hutang di kampung, beban anak dan keluarga hingga dikhianati suami yang kawin lagi dengan uang jerih payah mereka. Di Hong Kong dan Macau banyak TKW kemudian menjadi lesbian hingga nyambi jadi pelacur, demi membayar hutang atau membiayai kehidupan dan sekolah anak-anak mereka. Percayalah, mereka sebenarnya tidak sudi melakukannya.
Buruknya perlakuan majikan terhadap TKW Indonesia di berbagai negara merupakan refleksi dan akibat senyata-nyatanya dari ketidakpedulian pemerintah Indonesia baik Kementerian Tenaga Kerja, imigrasi, bandara terutama Soekarno Hatta, KBRI dan KJRI, hingga pihak swasta seperti PJTKI, sponsor dan perekrut tenaga kerja di pelosok-pelosok pedesaan. Para TKI dan TKW adalah orang kecil yang berusaha mandiri dengan cara dan pengetahuannya sendiri yang sangat terbatas tetapi diperas tenaga, keringat dan darahnya.
Ditulis oleh Astina Triutami, mantan TKW di Hongkong dalam bahasa yang ringan tapi dalam, runtun dari satu episode pahit ke episode pahit berikutnya. Asti, semula menjadi pembicara di salah satu diskusi mingguan @KIPP Nasional, sekarang telah menjadi sahabat. Harga buku Rp 45.000,-, Kata penerbitnya, mulai minggu ini sudah bisa dibeli di toko-toko buku.
—
Tidak ada komentar:
Posting Komentar