Sabtu, 24 Juli 2010

Menjadi Professional Online Writer

Status FB saya beberapa waktu lalu, mengenai saya mendapat gaji pertama sebagai online writer mendapat tanggapan yang positif, baik di FB maupun saat kopi darat. Nilainya kecil, US$2.5 atau senilai Rp 23.000,- saja. Tetapi ini menjawab rasa penasaran saya dan banyak orang. Selama ini banyak orang Indonesia yang meragukan, apakah benar kita bisa memperoleh uang dari kegiatan online? Saya yakin bisa, dan saya sudah riset, merintis dan mencoba sejak lama, meski baru sekarang ada hasilnya.

Kendalanya banyak. Pertama info yang sangat terbatas. Saya bukan orang IT, jadi selalu terlambat mendapat info. Atau jika diberi info, infonya terkadang terlalu teknis dan sulit dicerna. Kedua, transaksi di internet kebanyakan memakai kartu kredit. Saya tidak punya kartu kredit. Beberapa tahun lalu saya punya kartu kredit bahkan hingga 4 buah, tapi kemudian saya tutup. Karena nafsu belanja saya menjadi gila-gilaan. Dalam hal ini, bukan salah kartu kredit, tapi dari pihak diri saya yang belum mampu mendisiplinkan diri.

Lagipula, saat itu kartu kredit Indonesia belum diterima di dunia internet. Padahal hampir semua transaksi pembayaran dilakukan via kartu kredit atau Paypal. Wajar saja mereka melakukan hal ini, karena banyak ditemukan kasus fake kartu kredit atau pembobolan kartu kredit yang ditengarai dilakukan oleh orang Indonesia. Baru 2 atau 3 tahun ini, kartu kredit Indonesia diterima dan Paypal menerima account dari orang yang berlokasi di Indonesia. Sebelumnya orang Indonesia bisa bertransaksi, tapi harus mempunyai akun di Singapura. Repot.

Ketiga, jika kita mau belajar biayanya tinggi sekali. Rata-rata orang yang buka kursus cara cari uang di internet mematok harga sekian juta untuk kursus hanya sekian jam. Buku-buku yang ada di toko buku, hanya menampilkan sepenggal-sepenggal saja. Jadi saya sendiri mengkoleksi buku tentang hal ini lumayan banyak. Sehingga akhirnya bisa memilah, mana buku kacangan, mana buku yang benar-benar membantu. Trial and error benar-benar saya lakukan.

Langkah-langkah yang saya lakukan adalah :

1. Investasikan uang anda pertama-tama pada pendidikan. Demikian kata mentor saya, Robert Kiyosaki. Saya banyak membeli buku tentang cari uang secara online. Saya punya sejumlah buku mulai dari cara bikin blog, sekian ratus web penghasil dollar, berbisnis di facebook, hingga ketemu buku yang benar-benar membantu yaitu "Online Income 200 juta dalam 5 hari", karya ThOR terbitan Elex. Buku-buku lain yang saya beli ada yang hanya menampilkan kumpulan nama-nama website yang sebenarnya bisa kita lacak di Google. Atau membuat blog gratisan yang akhirnya ternyata tidak bisa digunakan sebagai paid to write review, walau judul dan isi buku jelas-jelas bilang bisa. Selain buku, juga bisa mencari info lewat Google. Saya pribadi lebih senang membaca buku atau print-out daripada membaca lewat monitor komputer.

2. Übungen macht Meister, kata pepatah Jerman. Banyak berlatih, bikin kita pintar dan mahir. Biar sudah banyak membaca buku, kalau tidak berlatih, kita tidak bisa lihat progressnya. Saya mulai dengan berlangganan internet. Untuk yang tinggal di kompleks bisa menggunakan First TV Media, lumayan murah Rp 100,000/bulan. Karena lokasi rumah saya di kampung, maka FM belum punya jaringan. Untunglah telkom sudah ada, jadi saya menggunakan speedy. Paket yang saya gunakan mula-mula, paket seharga Rp 75,000/15 jam. Waduh perjamnya lebih mahal daripada warnet. Tapi lumayan daripada saya kelayapan tengah malam di warnet. Ternyata selalu jebol. Mana mungkin bisa online hanya 15 jam sebulan. Sehingga akhirnya saya memberanikan diri untuk ambil paket Family Rp 214.000/bulan. Setiap tanggal 20 nyut-nyutan juga mikirin bayarannya nih. Untunglah beberapa bulan ini seorang tetangga mengajak sharing, jadi masing-masing hanya membayar separuhnya. Jika ada kemauan, di situ ada jalan he he he. Dengan adanya setumpuk buku dan koneksi internet 24 jam, maka berlatihlah saya mengutak atik blog. Tapi kerja biasa tetap dilakukan, karena kalau tidak, bagaimana saya bisa membayar tagihan internet dan terus beli buku.

3. Bikin blog gampang. Tulis saja apa yang kita mau, terbitkan selesai. Tapi untuk menjadi online writer, tidak semudah itu. Ternyata ada syarat-syarat yang mesti dipenuhi dan tidak diberitahu oleh penulis buku-buku tersebut. Mungkin juga mereka sebenarnya gak tau, ha ha ha. Blog yang kita gunakan bukan blog gratisan atau yang belakangnya ada tambahan blogspot.com atau wordpress.com atau apalah. Dengan tingkat Page Rank 3 dan usia blog minimal 3 bulan. Coba lihat deretan blog yang sudah saya buat, hanya satu yang belakangnya tidak pakai blogspot.com. Yaitu http://giftajans.com/. Ya, karena saya membeli nama domain tersebut seharga Rp 250.000,- di http://www.jualandomain.com/.

Waktu belinya sudah pasrah saja. Kalau ini orang enggak bener, yah sudahlah. Tapi bisnis adalah kepercayaan apalagi bisnis di internet. Dan saya menganggap ini adalah bagian dari pembelajaran. Ternyata orangnya baik, bisa dipercaya dan helpful. Web ini saya temukan setelah lama riset di Google. Karena web yang disarankan di bukunya ThOR membelinya di http://forums.digitalpoint.com/. Dan sekali lagi harus pakai kartu kredit. Sedangkan di jualandomain.com, boleh pakai debit BCA atau kartu bank lokal yang lain. Memudahkan, bukan?

Jika berniat membeli, kita akan disodorkan sederet website yang available. Kita bisa memilih yang sesuai dengan minat kita atau dengan tema yang akan kita tulis. Bisa saja kita meminta website atas nama kita, tapi PRnya 0 dan tidak bisa kita langsung pakai. Web site atau blog dengan PR 3 susah dan lama lho bikinnya. Ini kerjaannya orang IT. Umur blog pun dipastikan sudah 3 bulan. Setelah pembayaran, 2 -3 hari kemudian website tersebut akan dioper ke kita.

4. Sebelum mengisi konten blog, pastikan dulu tema blog kita. Saya memilih nama www.giftajans.com karena saya bermaksud menulis tentang macam-macam benda yang bsia dijadikan hadiah atau gift. Tapi begitu saya mendaftar si situs paid to review, tidak ada tema untuk gift, jadi tema blog saya ubah dan pilih yang dekat dengan minat saya dan sebagian besar konten yang sudah ada yaitu "House and Garden". Kebetulan konten yang sudah saya buat saat itu adalah mengenai asesori rumah dan rak untuk menaruh pajangan sekaligus memajang hadiah.

5. Buat konten berbahasa Inggris minimal 20 postingan sesuai tema. Jangan lupa blognya di add ke Google supaya situs review gampang mengecek status blog kita saat kita mendaftar. Kenapa harus berbahasa Inggris? Karena pembayar postingan kita adalah advertiser dari negara-negara yang berbahasa Inggris.

Ada trik untuk buat postingan dalam bahasa Inggris. Bahasa Inggris saya lumayan, tapi kalau untuk buat artikel dalam bahasa Inggris, apalagi dengan tema "House and Garden" kayaknya saya belum pede juga. Saya membeli majalah dengan tema tersebut. Baca-baca artikelnya dan sambung, tambahi dan kurangi di sana sini. Makanya postingan saya keren kan bahasa Inggrisnya, ha ha ha.

Jangan gunakan google translation. Karena grammarnya kacau dan blog kita pasti ditolak. Boleh-boleh saja gunakan google translation, tapi tetap harus kita edit dengan teliti.

Juga jangan menjiplak isi artikel orang lain, baik di majalah biasa maupun online. Bisa-bisa kita diban oleh mereka.

6. Yang paling penting, jangan lupa buat akun Paypal. Kalau tidak punya, tidak ada situs review yang mau terima kita. Bagaimana mereka membayar kita? Pakai cek bisa saja, tapi tidak mau kan hasil kerja kita jatuh ke tangan orang lain? Kalau sudah buat tapi belum diverifikasi, coba ke http://www.jualvcc.net/. Mereka akan bantu memverifikasi dengan biaya Rp 50.000,-. Langsung diverifikasi.

7. Setelah siap perangkatnya, blog dengan minimal 20 postingan dan akun paypal. Mulailah mendaftar ke situs-situs paid to review. Jika mereka sudah mengapprove, antara 2 hari - 3 minggu. Kita bisa menawarkan diri atau ada advertiser yang memberikan penawaran. Order saya yang pertama dari situs www.sponsoredreview.com. Saya menawar untuk membuat artikel tentang 'Reverse Mortgage' alias gadai rumah. Karena jenis kredit ini belum ada di Indonesia, saya belajar dulu tentang 'reverse mortgage. Setelah selesai, saya lapor ke sponsor review, dan tidak sampai seminggu, uang $2.5 masuk ke rekening Paypal saja. Lumayan cepat, karena saya pikir baru sebulan kemudian uang masuk.

Ok, jangan kelamaan baca tulisan ini. Take action and good luck!!!

Rabu, 07 Juli 2010

Bandara Kabul - Kedatangan

Pemandangan sekitar bandara Kabul cukup mencengangkan. Begitu berbeda dan kontras dengan bandara-bandara di negara-negara tanpa konflik seperti Indonesia. Apalagi Dubai, di mana pesawat kami berangkat.

Bandara Kabul begitu gersang dan kering. Sejauh mata memandang, hanyalah padang pasir kecoklatan. Pesawat-pesawat perang berloreng hijau coklat, F16 dan helikopter yang biasanya saya lihat pada hari ulang tahun TNI di Indonesia atau pameran Indonesia Air Show tahun 1996, sekarang ada di depan mata dan dalam keadaan siaga perang.

Begitu pesawat mendarat, penumpang tidak serta merta bisa langsung turun.Bukan karena sebagai  penumpang kelas ekonomi harus menunggu penumpang bisnis turun dulu, ini lebih karena pesawat kami belum mendapat tempat parkir. Bandara Kabul merupakan bandara kecil tetapi sibuk, jadi pesawat kami harus menunggu untuk mendapatkan tempat parkir.

Hawa panas dan kering langsung menerpa wajah kami begitu pintu pesawat dibuka. Tak ada garbarata sejuk menyambut penumpang. Penumpang harus turun dari tangga dan berjalan ke ruang kedatangan bandara melalui jalanan berkerikil. Terik matahari tidak ampun lagi memanggang kami.

Petugas imigrasi ganteng-ganteng tapi senyumnya tetap dingin, ketika saya menyapa mereka "Assalamu 'alaikum". He he he, kan negara Islam, jadi mesti menyapa seperti itu. Dia bertanya apakah saya punya visa untuk masuk Afghanistan. Ya iyalah om. Masak ke negara orang gak pake visa. Memangnya orang Afghanistan, yang masuk ke Indonesia atau negara lain, boro-boro pake visa, paspor dan identitas diri lainnya aja gak punya.

Setelah itu, kami menuju sebuah loket untuk membuat kartu identitas orang asing. Sebelumnya oleh panitia, kami harus membawa foto. Karena tidak ada penjelasan atau sayanya yang gak perhatikan, saya bawa semua ukuran foto 2x3, 3x4 dan 4x6. Lengkap. Buat jaga-jaga. kalau perlu yang ukuran 10R juga mungkin akan saya sediakan, he he he.

Lucu juga sih, karena kita harus membuat kartu identitas, karena kebanyakan orang Afghanistan tidak punya kartu identitas. Maklum deh negara perang. Gak kepikiran kartu identitas, yang penting nyawa selamat.

Tempat pengambilan bagasi satu ruangan dengan loket pembuatan kartu identitas tersebut. Banyak orang yang berada di sana adalah calo dan supir taksi. Kami sudah diwanti-wanti oleh panitia untuk tidak berurusan dengan mereka. Ya juga sih, apa sih susahnya ngambil koper di ban berjalan. Bawa kopernya juga kecil kok. He he he, ternyata yang bawa kopernya paling kecil cuma saya saja. Beratnya juga cuma 9 kg. Teman-teman lain membawa 2 koper, besar-besar pula. Ini mau observasi pemilu atau mau piknik sih?

Kami juga diminta untuk berhati-hati dengan orang yang mengaku penjemput kami. Kami diminta untuk mengecek identitas mereka. Penculikan merupakan hal yang tidak aneh di Afghanistan atau di negara-negara konflik di Timur Tengah dan Asia Tengah seperti Afghanistan dan Pakistan. Motifnya tidak selalu politik. Saat ini kecenderungannya adalah ekonomi. Siapa saja bisa diculik asalakan mendapat tebusan. 

Sambil menunggu penjemput kami, kami bermaksud berpotret ria di bandara. Tetapi seorang petugas melihat kami dan berteriak agar tidak boleh berpotret di dalam bandara. Kami pun bubar, kecewa tapi maklum. Ong, seorang observer dari Malaysia berkata pelan, "Everything in Afghanistan is a struggle". Kami tersenyum kecut membenarkan. Ini Afghanistan, bung.

Senin, 05 Juli 2010

Naik Air Asia April 2010

Meski kecewa dengan Air Asia ketika bulan Januari lalu, saya kembali harus naik Air Asia lagi pada bulan April 2010. Lagi-lagi dengan tujuan Colombo, Sri Lanka. Karena saya mendapat undangan kembali dari PAFFREL (People's Action For Free Election) untuk memantau Pemilu Parlemen Sri Lanka. Catatan : Januari pemilu Presiden Sri Lanka.

Kali ini tidak terlalu deg-degan, karena panitia menaikkan budget dari $350 menjadi $500. Meski demikian, saat itu rate dollar terhadap rupiah turun, sehingga tiket saya bernilai $463. Syukurlah, masih di bawah budget. Mengingat pengalaman bulan Januari lalu, saya memesan makanan untuk tujuan KL - Colombo. Kalau untuk JKT - KL saya tidak memesan makanan, karena jarak tempuh hanya 1 jam 40 menit. Masih bisalah menahan lapar. Lagipula di LCCT kan banyak resto. Rute yang saya ambil tetap sama, demikian pula dengan jamnya.

Begitu keluar dari embarkasi, saya bengong karena ada banyak perubahan di LCCT. Pertama, tidak ada deretan bangku-bangku di depan embarkasi kedatangan. Para penumpang tidur2an di emperan toko dan jalan. Kedua, suasana LCCT muram, karena banyak toko tutup dan lampu sudah dimatikan. McD pun tutup. Demikian pula beberapa resto lainnya.  Sungguh aneh dan berbeda dengan bulan Januari lalu. Kemana perginya bangku-bangku tersebut?

Akhirnya saya tidur-tiduran di mushola, meski ada tulisan, mushola tutup jam 23 - 5 pagi. Tak lama kemudian ada 2 orang wanita Indonesia mampir di sana. Rupanya mereka mau ke Thailand untuk berlibur, tetapi mereka mendapat pesawat lebih awal dari rombongannya. Untung saja kami mengobrol, dan saya memberitahukan kapan saya harus berangkat. Saya bablas tidur, dan dibangunkan mereka jam 5 pagi. Check in saya nyaris terlambat. Alhamdulillah, orang baik disayang Tuhan. :)

Seperti perkiraan saya, ternyata Hotel Tune, hotel low budget milik Air Asia, mulai beroperasi. Karena itulah bangku-bangku diangkat dari bandara. Sehingga 'memaksa' penumpang untuk tidurdi hotel tersebut. Oalah. 

Naik Air Asia

Pertama kali merasakan naik Air Asia adalah ke Sri Lanka bulan Januari 2010. Berhubung budget untuk tiket dari panitia dibatasi yaitu maksimal $350 PP, maka airline yang masuk hanyalah Air Asia. Itupun ternyata, setelah ditambah dengan biaya bagasi dll mencapai $413. Wah, siap-siap nombok deh $63. Tetapi yah sudahlah. Syukurlah, ketika acara selesai, panitia memberikan reimburse sesuai dengan pengeluaran, gak jadi nombok he he he.

Dari Indonesia tidak ada pesawat langsung ke Colombo. Sehingga saya harus mampir di Kuala Lumpur. Pesawat dari KL ke Colombo jam 6.15 am. Sehingga mau tidak mau saya harus bermalam di KL. Saya memilih pesawat paling malam sehingga tiba di KL jam 23 pm. Jujur saja, saya kelaparan di dalam pesawat. Terakhir saya makan jam 5 sore, karena harus persiapan ini itu, termasuk membeli rokok pesanan yang diminta pada detik-detik terakhir. Selesai urusan fiskal dan check in, maka saya menanti pesawat. Saya berharap bisa membeli makanan di atas pesawat. Tapi ternyata makanan berat sudah habis, walaupun sepertinya mereka hanya menyediakan stok sangat sedikit. Mereka hanya punya biskuit dan mi gelas. Aduh, kok kayak di feri Merak - Bakauheni saja.

Sampai di LCCT (Low Cost Carrier Terminal) untunglah ada beberapa resto yang buka 24 jam. Saya memilih McD, karena rasanya pasti sudah standar. Tetapi kecewa, karena di Malaysia, McD tidak menjual paket nasi. Akhirnya saya memilih burger. Karyawan Mc D lambat sekali bekerja dan kebanyakan bercandanya. Saya mesti menunggu lebih dari 5 menit untuk mendapatkan burger.

Tidur-tiduran di bandara LCCT yang dibangun khusus untuk Low budget carrier. Nanti cerita tentang bandara ini. Pagi-pagi saya sudah standby untuk check in. Lalu naik pesawat. Nah, saya berharap bisa sarapan di pesawat, ternyata kecele kembali. Karena makanan telah habis. Jadi saya mesti menahan lapar kurang lebih 4 jam.

Hikmahnya dari naik Air Asia pertama kali ini adalah, next time saya mesti persiapan memesan makanan atau makan sebelum naik pesawat.

Kalau dari segi pelayanan, pramugarinya oke, walaupun tidak terlalu helpful seperti pramugari Thai Airways atau Singapore Airlines yang pernah saya naiki sebelumnya. Kursinya kaku, dan untunglah karena saya orangnya kecil, jarak anta bangku saya dan bangku di depan saya pas. Saya terbayang, kalau ada orang yang bertubuh besar atau jangkung mungkin akan kesulitan duduk atau bangun.