Kamis, 14 Juli 2016

Labu air menggerus penyakit pancaroba

Musim pancaroba membawa sejumlah penyakit musiman: badan meriang (panas dingin), batuk-batuk kering dan hatsi-hatsi. Kegiatan ini cukup mengganggu kegiatan sehari-hari. 
Menjelang musim pancaroba seperti ini saya biasanya mengintensifkan minum vitamin C, minum jamu kencur pada si mbak jamu yang keliling kampung (jamu kencurnya saja ya, bukan jamu beras kencur), minum Adem Sari, minum Tolak Angin cair atau minum air perasan jeruk nipis dicampur air hangat dan madu. Jika sudah terkena penyakit pancaroba ini dan minum suplemen di atas, biasanya saya akan sembuh dalam beberapa hari ke depan. 
Beberapa waktu lalu, ada teman yang menyarankan saya untuk minum air parutan labu air dan madu. Katanya lebih joss. Dan saya mencobanya. Pulang mengajar sore saya langsung mampir ke pasar tumpah Pesing. Ada yang jual labu air, satunya Rp 6.000,-. Pulangnya setelah makan malam saya makan buah pepaya dan menyingkirkan buah labu air tersebut. Toh pepaya juga punya khasiat mendinginkan tubuh. Tapi malam harinya saya tidak bisa tidur karena terbatuk-batuk, dada sakit sekali. Jadi ngantuk-ngantuk dan lelah karena batuk pun saya bangun dan memotong buah labu air tersebut seukuran 10 cm. Sisanya saya dirikan di piring, supaya tidak terganggu serangga. 
Labu air dan madu sachet

Labu air saya kupas lalu saya parut dan saring. Dapat setengah gelas. Madu botol di rumah sedang habis, jadi saya aduk-aduk tempat stok makanan. Alhamdulillah, masih punya stok madu dalam sachet. Saya buka dan campurkan dengan air parutan labu air tadi dan diaduk-aduk lalu langsung minum. Beberapa menit kemudian saya berbaring lagi dan tertidur. Nyenyak betul. Dada (daerah bronkhea) tidak terasa panas lagi, adem, dan tidak batuk-batuk lagi. Alhamdulillah. 
Besok paginya, saya mau memarut lagi, tapi tidak sempat, karena hari Kamis saya mengajar jam 8 pagi, tidak ada waktu lagi. Sepagian saya masih batuk tapi sudah berkurang daripada hari sebelumnya. Pulang mengajar di siang hari, saya memarut labu air sisa kemarin dan melakukan ritual yang sama. Alhamdulillah, dada dan daerah bronkhea makin adem dan tidak gatal lagi. Tapi nafas masih panas sebagaimana layaknya orang demam. Jadi saya perbanyak minum air putih dan saya kompres bagian muka khususnya hidung dengan saputangan yang sudah dibasahi air. Malamnya saya ke dokter untuk mengurusi pergelangan tangan kanan yang bengkak berbulan-bulan dan pulangnya cukup malam, jadi tidak sempat memarut lagi. Tapi dada sudah lebih adem. Pagi ini saya mau habiskan sisa labu air segar tadi, supaya penyakitnya pergi tuntas tas tas. 
Semoga bermanfaat.