Sabtu, 29 Desember 2012

Tekanan harusnya membuat kita justru makin maju

"Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh" (John Gray)

Tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Ada empat tipe manusia yang dapat menggambarkan kepribadiannya, terlihat melalui sikapnya dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut.
1. Tipe kayu rapuh
2. Tipe lempeng besi.
3. Tipe kapas.
4. Tipe bola pingpong.


Saya di dalam halaman kastil Schlaining, Austria. Saya berada di sini untuk mengikuti training kepemiluan, beasiswa dari pemerintah Austria,  27 Oktober - 23 November 2012.  

1. Tipe pertama, tipe kayu rapuh. 
Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang seperti ini dalam kesehariannya terlihat bagus. Tapi sebenarnya di dalam hatinya ia sangat rapuh. Orang ini gampang sekali mengeluh pada saat kesulitan terjadi.

Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tidak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih untuk berpikir positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.

Majalah Time pernah menyajikan topik "Generasi Kepompong" (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Menghadapi orang seperti ini, kadang kita harus lebih berani untuk tega. Sesekali mereka perlu belajar dan dilatih untuk menghadapi kesulitan. Posisikan diri kita sebagai pendamping mereka.


2. Tipe kedua, tipe lempeng besi.
Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi yang menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi yang berlarut-larut.

Tambahan tekanan sedikit saja membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.


3. Tipe ketiga, tipe kapas.
Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba orang seperti ini mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi. Ia mampu menyesuaikan diri saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali pada keadaannya yang semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.


4. Tipe keempat, tipe manusia bola pingpong.
Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan justru ia memantul ke atas dengan lebih dahsyat.

Saya teringat kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu biografinya. Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli sebuah bangunan mewah sementara uangnya tidak memadai. Akan tetapi justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat finansial yang diharapkannya.


Tekanan membawa hikmah. Ada seorang kepala regional sales yang performance-nya bagus sekali. Tetapi, hasil yang telah dicapainya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja atasannya memindahkan sang kepala regional sales ke daerah yang lebih parah kondisinya. Tetapi bukannya mengeluh seperti rekan sebelumnya di daerah tersebut, ia malah berusaha membangun netwok, mengubah cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah tersebut justru areanya berhasil masuk dalam daerah tiga top sales.

Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky. Pada musim dingin ia meringkuk di dalam penjara dengan deraan angin dingin, lantai penuh kotoran dengan tebal seinci, dan kerja paksa setiap hari. Ia mirip ikan herring dalam kaleng. Namun Siberia yang beku tidak berhasil membungkam kreativitasnya. Dari sanalah ia melahirkan karya tulis terbesarnya, seperti "The Double" dan "Notes of The Dead". Ia menjadi sastrawan dunia.

Hal ini juga dialami Ho Chi Minh. Orang Vietnam yang biasa dipanggil Paman Ho ini harus meringkuk dalam penjara. Akan tetapi penjara tidak membuat dirinya patah arang. Ia berjuang dengan puisi-puisi yang ia tulis. "A Comrade Paper Blanket" menjadi buah karya kondangnya.


Orang-orang ini hanyalah sebagian kecil dari manusia yang berhasil mengatasi tekanan dalam hidupnya. Yang penting sekarang adalah Anda. Ketika Anda menghadapi kesulitan, seperti apakah diri Anda? Bagaimana reaksi Anda? Tidak menjadi persoalan di mana Anda saat ini. Tetapi yang penting bergeraklah dari level tipe kayu rapuh ke tipe selanjutnya. Hingga akhirnya bangun mental Anda hingga ke level bola pingpong. Saat itulah kesulitan dan tantangan tidak lagi menjadi suatu yang mencemaskan untuk Anda.

Sumber: Anthony Dio Martin, pakar NLP

Catatan pribadi saya: Mengamati jalan hidup saya, saya adalah tipe keempat yaitu tipe bola pingpong. Saat ditekan atau mendapat tekanan, maka justru saya memantul ke atas lebih dahsyat. Jadi saya berterima kasih kepada mereka-mereka yang sudah memberikan tekanan dan masalah kepada saya. Tanpa kalian, saya tidak akan menjadi seperti yang sekarang. 

Kamis, 13 Desember 2012

Kunjungan ke Austria


Bulan Oktober - November 2012 lalu saya  ke Austria untuk mengikuti training kepemiluan. Trainingnya sih cuma sebulan, tapi persiapan harus tetap jadi perhatian, terutama winterwear alias baju untuk musim dingin. 

Di Vienna International Airport, 28 Oktober 2012

Austria sih belum masuk musim dingin saat itu, baru musim gugur, tapi pas cek-cek di http://www.tourmycountry.com/austria/vienna-in-november.htm suhunya sekitar 4-8 derajat. Wowww, dan Jakarta saat itu bertemperatur 35 derajat. Uhuyyyy.

Longjohn atau baju hanoman adalah baju wajib beli, karena ini adalah pakaian dalaman. Di luarnya kita bisa melapisi dengan T-Shirt, sweater dan jaket. Saya beli dua potong saja. Toh bisa gantian. Harganya Rp 100ribu untuk yang buatan China, Rp 200ribu untuk yang buatan Korea. 

Yang buatan China terbuat dari Lycra, sedangkan yang buatan Korea terbuat dari katun. Oh ya, saya beli di ITC Mangga Dua, toko yang khusus menjual winterwear. Kalau di Laxmi Winterwear harganya mulai Rp 300rb hingga Rp 800.000, soalnya buatan USA. Saya beli yang buatan China. 

Nah, setelah itu lanjut ke jaket winter. Jaket winter dibuat khusus karena dilapisi oleh semacam busa yang membuat tubuh menjadi hangat. Harganya bikin saya sport jantung, karena dana saya pas-pasan, he he he. Jaket dari bahan parasut mulai Rp 450ribu sampai Rp 1,5 juta tergantung kualitas bahan. Kalau dari  wol mulai Rp 900 ribu. Cantik-cantik memang, seperti di majalah. Keren deh.

Tapi yah sudahlah, karena memang harus beli, yah dibelilah. Insya allah akan ada rejeki lain. Lagipula, saya tetap beruntung, karena saya mendapat beasiswa untuk mengikuti training demikian pula dengan tiket pulang pergi Jakarta - Vienna. Alhamdulillah. Sungguh tidak menyangka saya mendapat kesempatan ke Austria.

Tanggal 29 Juni 2012, saya menulis di sebuah blog milik saya yang lain, "jika ada kesempatan, saya tidak mau sekedar ke Jerman. Saya mau keliling Eropa". Ternyata beberapa bulan, keinginan tersebut terwujud, subhanallah. Meski saat ini baru berkeliling ke beberapa tempat di Austria, belum keliling Eropa. Next time, another chance.....