Selasa, 29 Desember 2015

Apa yang sudah saya lakukan dan dapatkan di tahun 2015?

Tahun 2015 ternyata tahun yang biasa saja buat saya, tidak terlalu istimewa meski ada beberapa progress.

Akademis
Tahun 2015 diawali dengan kuliah yang super padat. Ngos-ngosan dengan sekian critical review dan makalah untuk setiap mata kuliah yang diambil. Tapi saya menikmati kesibukan tersebut. Semester berikutnya, kuliah saya cuma dua yaitu LPIP dan Reading Course. Berarti ada banyak waktu luang, namun ternyata waktu saya sangat tersita untuk dua mata kuliah ini. Karena kedua mata kuliah ini menuntut banyak baca dan analisis. So, anytime anywhere saya harus membaca dan merangkum sejumlah bahan bacaan. Kuliah RC adalah membaca sejumlah buku terkait dengan calon tesis kita. Saya memilih "Power Interplay kelompok-kelompok kepentingan dalam rekrutmen kandidat distrik pada pemilu parlemen Jerman (Bundestag): Studi Kasus partai CDU di Berlin." 
Sebagian buku-buku yang harus baca untuk Reading Course saya 

Keren kedengarannya, tapi mabok cari referensinya. Harus cari buku tentang kelompok kepentingan Jerman, buku tentang rekrutmen kandidat, dan sistem pemilu Jerman. Studi tentang rekrutmen kandidat merupakan hal baru di Indonesia, karena itu belum banyak atau bahkan belum ada yang menulisnya. Sehingga buku referensi saya untuk Reading Course semuanya berbahasa Inggris. Mantap sekaligus mabok, ha ha ha. Dan meski ini adalah konsekuensi dari pilihan saya ternyata saya stres juga menghadapinya. Sehingga saya jatuh sakit. Saya belum tau nilai LPIP saya karena kemungkinan baru akan diberikan oleh dosen tanggal 4 Januari, bisa juga mundur. Dan RC saya belum juga selesai, karena saya belum mendapatkan point of view atas tulisan saya tersebut. Jadi, libur semester ini akan saya gunakan untuk mengejar ketertinggalan saya beberapa bulan terakhir ini. 
Target saya di bidang akademis di tahun 2016 ini adalah sidang proposal tesis di bulan Februari 2016, sidang tesis di bulan Juli-Agustus 2016 dan wisuda di akhir bulan Agustus 2016. Aamiin YRA. Gak mau lama-lama, karena saya ingin segera lulus dan bekerja di lembaga internasional.   

Bahasa Baru
Untuk tujuan itu juga, saya ambil kursus bahasa Arab selama tiga bulan di awal tahun 2015, lalu menghentikannya dulu karena kepadatan kuliah dan berjanji akan melanjutkannya setelah waktunya luang. Padahal pelajaran  bahasa Arab di tempat kursus tersebut berlangsung selama 12 bulan. Jadi dalam waktu setahun belajar di sana, saya tidak hanya mampu menguasai bahasa Arab tapi juga bisa menjadi pengajar bahasa Arab. Wah, keren banget kan. Sayangnya, saya tidak mampu. Pagi belajar bahasa Arab, siangnya saya harus kuliah dan membuat banyak tugas yang berarti harus banyak membaca buku perpolitikan dan tidak sempat mengulang pelajaran bahasa Arab apalagi mencari sumber pelajaran yang baru. 
Semester berikutnya ternyata saya belajar bahasa Perancis, karena peluang kerja sebagai pemantau pemilu di negara-negara berbahasa Perancis lebih terbuka daripada di negara-negara berbahasa Arab. Seorang teman dari Afrika yang bekerja di UN menawarkan saya pekerjaan memantau pemilu di Burundi, tetapi berhubung saya tidak menguasai bahasa Perancis maka tawaran tersebut melayang. Ya, tidak apa-apa, toh kuliah saya masih padat. Tapi ini menjadi sumber pengharapan buat saya dan memicu saya untuk belajar bahasa baru dan menyelesaikan kuliah saya.  

Kesehatan
I am staying in the hospital due to typhoid. This is is the first time in my life I stayed in the hospital. It took 5 days to cure the virus but I need 3 months to be in my usual health and strength.

Berdasarkan diagnosa dokter, saya terkena tipus dan radang akibat dehidrasi. Ini pertama kali saya dirawat di rumah sakit karena sakit. Tahun 1993, saya pernah dirawat di rumah sakit karena kecelakaan ditabrak mobil di depan kampus IKIP. 

Dikunjungi beberapa teman ketika di rumah sakit. 
Saya pilihnya RS Sari Asih Cileduk karena dekat dengan keluarga yang tinggalnya di sekitaran Cileduk. Saya sih tidak minta ditunggu, karena toh penyakit saya cuma demam, bukan yang parah sampai harus dibantu ini itu. Tapi paling tidak, kalau saya ada perlu, keluarga saya mudah datang. Sejumlah teman yang berlokasi di Cileduk datang mengunjungi. ALhamdulillah dan terima kasih. 
Dirawatnya cuma 5 hari, tapi pemulihannya sampai pada kondisi semula butuh waktu 3 bulan. Sepulang dari rumah sakit beberapa penyakit muncul yang bikin saya harus bedrest selama itu. Mulai dari sakit maag, anemia, darah rendah yang drop ampun-ampunan dan kemudian nyeri radang sendi di sekujur tubuh. Alhamdulillah, November tengah sudah agak enakan, sehingga saya bisa ke Kuala Lumpur untuk menhadiri pernikahan teman. Meskipun di sana kebanyakan tidur dan istirahatnya, kecuali pas di acara resepsi.  

Keuangan dan Pekerjaan 
Untuk masalah keuangan, saya tidak beruntung di tahun 2015 ini. Saya tidak bekerja selama tiga semester, tetapi memang saya sudah rencanakan. Karena saya ingin menikmati masa kuliah saya dengan hanya belajar dan belajar. Saya sudah lelah dengan bekerja sambil belajar atau belajar tapi selalu kekurangan uang seperti yang selama ini saya alami sejak masa SD hingga kuliah S1. Tapi ternyata ada pengeluaran lain yang tidak saya sangka-sangka yaitu pengeluaran dirawat di rumah sakit dan urusan XXX itu. Sehingga saya cukup ketar ketir dengan posisi keuangan saya saat ini. 
Target saya tahun 2016 ini adalah bekerja di pemantauan pemilu di luar negeri kembali. Mudah-mudahan misi di AF dapat berlangsung, karena saya mendapat kabar bahwa ada teman dari Filipina yang berangkat ke AF mudah-mudahan untuk meng-assess apakah misi jadi dilaksanakan atau tidak. 
Sudah tidak ada pemasukan ternyata investasi reksadana saya jebol semua. Pemerintahan Jokowi memang memble dalam urusan ketatanegaraan termasuk keuangan negara, ditambah lagi keadaan keuangan regional yang juga tidak bagus. Semua portofolio saya hancur, dan dengan uang yang tersisa untuk investasi saya belikan dollar, lumayan untuk mempertahankan keadaan kekuangan, bukan untuk mencari keuntungan. Tapi sekarang cadangan dollar sudah saya tukarkan semua karena berbagai kebutuhan.  
Saya mulai lagi bisnis online mainan pendidikan saya. Alhamdulillah sudah mulai jalan sedikit-sedikit. Dan dari hasilnya yang alon-alon asal kelakon sudah mampu membelikan saya tiket ke Kuala Lumpur tersebut. Jadi, jualan online memang harus saya harus seriusi di tengah-tengah padatnya membaca bacaan Reading Course dan penulisan tesis. 
Organisasi saya yang baru ForDE sudah selesai masalah legalitasnya dan sekarang sedang membuat buku tentang caleg perempuan. Kami juga sedang membuat program kerjasama untuk kunjungan ke DPR dan sejumlah pelatihan pendidikan politik. Semoga bisa berjalan sesuai rencana di tahun 2016 ini.  

Asmara
Alhamdulillah di tahun ini saya menemukan seseorang yang cocok dengan saya. Mudah-mudahan dia juga cocok sama saya. Karena saya orang yang keras dan petarung. Hidup saya sulit sejak kecil sehingga saya harus menjadi kuat dengan kemampuan saya sendiri dibantu jaringan pertemanan serta jaringan kerja yang sudah saya buat selama ini. 



Kemah Prodem, Agustus 2015
Saya bertemu dia di kemah aktivis Prodem di lereng Merapi Jogja Agustus 2015. Lucunya, teman-teman saya adalah teman-teman dia juga yang sudah kami kenal sejak bertahun-tahun. Hanya kami berdua yang baru kenal satu sama lain di saat acara tersebut. Meski demikian, banyak yang harus kami samakan, rencanakan, dan lakukan untuk melangkah ke tahap selanjutnya. Target tahun depan, tentu saja menikah, kalau kami berjodoh. Mohon doanya, ya.    

Selasa, 01 Desember 2015

Etiket gak boleh macet

Belajar tata krama (bahkan) untuk orang tua. 
Pagi ini sapu-sapu daun mangga tetangga yg masuk rumah (seperti biasa). Seorang anak tetangga mau pergi sekolah naik sepeda dan harus melewati tempat saya berdiri. Si ibu mengatakan, "Jalannya pelan-pelan, kalau nyenggol nanti disabet sama mbak Pipit." 
Saya diam saja dan langsung minggir. Si anakpun lewat ngeloyor tanpa berkata apa-apa. 
Kenapa si ibu tidak mengajarkan ke anaknya untuk belajar bilang permisi ketika ada orang yang menghalangi jalannya? 
Mungkin ini bisa menjawab kenapa makin lama makin banyak generasi muda yang tidak punya tata krama karena tidak diajarkan sejak kecil. Sulit sekali mengatakan 'permisi', 'tolong', 'terima kasih' dll. 
Saya menemukan generasi muda kelas menengah yang menerapkan tata krama seperti itu karena mereka belajar bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Bule bilang ini, bule melakukan itu. Kan keren. Okelah, dari mana pun sumber referensinya, yang penting punya tata krama, ettiquette does matter.
Sekarang jaman internet, tapi etiket gak boleh macet. - Oppie Andaresta